Welcome to my blog =D

Di blog ini, aku naruh berbagai hasil karya aku bahkan sampai sedikit curhatan tentang keseharianku. Ku harap kalian suka membacanya ^^

Sabtu, 18 Februari 2012

Ibuku Sayang

9 bulan kau mengandungku
Saat kau melahirkanku
Kau rela korbankan nyawamu
Untukku ...
                Rasa sakit saat melahirkanku
                Sirna saat kau melihatku
                Kau relakan waktu tidurmu
                Untuk menjagaku
Ibu..
Sekarang aku mulai beranjak dewasa
Aku masih membutuhkanmu
Untuk menemani hari-hariku
                 Kau selalu ada untukku, ibu..
                 Kau mengerti apa yang aku mau
                 Apa yang kau lakukan untukku
                 Itu yang terbaik bagiku
Aku sayang Ibu, selamanya...
*Special for my Mom*

    5 minutes To Forever adalah cerpen pertama gue. Tapi, kayanya ini engga pantes di bilang cerpen deh soalnya kepanjangan. Gue mau minta maaf kalau ceritanya ngebosenin dan sulit untuk di mengerti. Jujur, gue paling engga bisa nulis cerita yang ada berbau actionnya tapi gue tetep keras kepala dan beginilah jadinya. Ceritanya jadi terkesan maksa. Huaa… sorry banget ya. Maklumilah, masih pemula. Langsung cekidot aja deh. I Hope You Like This J. Happy Reading guys =).
Salam sepet dari Pemula Abal-abal ~.~
5 minutes To Forever
     “Sampai kapan lo mau terus-terusan kaya gini? Menanti yang engga pasti” ujar Lili seraya berjalan menghampiri Niya. Niya yang sedang duduk di pinggir kolam sambil memain-mainkan kakinya di kolam renang merasa terganggu dengan kehadiran sepupunya. Lili duduk di sebelah Niya lalu menyeruput orange juice yang dibawanya dari dapur. Niya tidak menoleh sedikitpun ke arah Lili.

     “Bacot!” Niya bangun dari duduknya lalu berlari menuju kamarnya. Lili menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah sepupunya.

     Niya diam membisu di kamarnya. Dia teringat kembali akan sosok itu. Sesosok cowok lucu yang telah mengisi relung hatinya saat dia masih duduk di bangku SMP, kurang lebih 4 tahun yang lalu. Sosok itu yang telah membuatnya merasakan sebuah kehangatan kasih sayang, sosok itu yang telah membuat hari-harinya bahagia, dan sosok itu pula yang telah membuatnya hancur berkeping-keping. Niya menangis kembali! Sampai detik ini perasaanya ke cowok itu masih sama, dia masih tetap menyayanginya dan setia menunggu kehadirannya kembali. Sampai detik ini juga dia sama sekali belum pernah menggandeng cowok lain selain cowok di masa lalu nya itu. Lili, sepupunya kesal dengan Niya yang sekarang. Lili menganggap kalau Niya itu cewek terbodoh sedunia, karena menanti sesuatu yang engga pasti. Padahal sudah jelas-jelas kalau cowok itu telah mengkhianatinya, dia pergi dengan menggandeng cewek lain tepat di hari ulang tahunnya yang ke 15.

     “BEEGOOO!!!!!” teriak Niya sejadi-jadinya sambil terus mengacak-acak rambut panjangnya yang indah.
(:(:(: :):):)
     Niya dengan berat melangkahkan kakinya menuju bangku yang berada di pojok kelas. Teman-temannya menyapa cewek itu seperti biasanya dan Niya pun membalasnya dengan senyuman. Setelah dia duduk di tempatnya, tak lama kemudian teman cowoknya yang super rusuh bernama Bagas, datang menghampirinya dan duduk dihadapan Niya. Niya berdecak kesal, karena pagi-pagi sudah berhadapan sama si kunyuk jelek satu ini.

     “Morning, my honey bunny sweety ku” ujar Bagas sambil tersenyum. Niya mengabaikan ucapan cowok itu. Walau Niya tidak menjawab sapaannya tapi Bagas tetap duduk manis dihadapannya, tiba-tiba Riya teman semeja Niya sekaligus sahabat Niya datang dan duduk di sebelah Niya.

     “Hay Bagas. Niya, ada Bagas kok malah diem aja sih?” Riya menyapa Bagas sambil tersenyum terlihat 2 lesung di kedua pipinya, lalu dia menyikut pelan lengan kiri Niya sambil berbisik di kupingnya. Niya menolehnya dengan ogah-ogahan lalu bertanya.
    
     So? Penting gitu?” tanyanya singkat tanpa memerlukan jawaban dari Riya. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi. Bagas yang berbeda kelas dengan kedua cewek itu, pamit balik ke kelas. Bagas yang lagi asik-asiknya jalan sambil mendengarkan lagu di earphonenya plus siul-siul di koridor, langsung di kerubungi sama cewek-cewek keganjenan. Dia yang merasa risih dengan keadaan itu, langsung ngacir ke kelas yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Setiba di kelas, dia segera duduk sambil mengatur nafasnya yang tidak beraturan.

     “Abis dikejar-kejar anjing lo, bro?” tanya Sandy pada sahabatnya.

     “Dikejar kuntilanak malah!” jawab Bagas asal, Sandy terkekeh geli. Ini sudah hal biasa, hampir setiap hari Bagas jadi pusat perhatian para cewek-cewek keganjenan, kecuali Niya! Ya cewek itu sama sekali, bahkan tidak pernah menganggap kehadiran Bagas. Tidak hanya Bagas, Sandy sahabat dekatnya sejak awal masuk SMA juga mengalami hal yang sama. Mereka termaksud cowok-cowok idola di sekolah mereka, selain wajah mereka yang ganteng, mereka juga pinter di bidang akademik maupun non akademik. Ditambah lagi Bagas seorang kapten di klub futsal mereka dan Sandy sebagai wakilnya, mereka juga pernah menjabat sebagai OSIS. Jadi, tidak heran kalau mereka menjadi bintang di sekolahnya.

     Niya yang lagi lari terbirit-birit karena udah kebelet banget, engga pake nengok kanan-kiri lagi, dia asal lari aja. Toh koridor juga sepi, kan masih jam pelajaran pikirnya. Dan di arah yang berlawanan sesosok cowok jangkung juga sedang berlari, lalu terjadilah adegan yang tidak pernah terpikir dipikiran mereka masing-masing BUKK… satu hantaman keras dari kedua belah pihak, mereka sama-sama tersentak beberapa langkah dan terjatuh kelantai. Niya yang terlihat sangat kesal segera bangun lalu menunjuk orang yang sudah menyebabkannya terjatuh dengan keras, saat dilihatnya orang itu kekesalan Niya semakin menjadi.
    
     “Heh, elo kalo lari mata digunain!” teriak Niya dengan lantang sambil menunjuk Bagas tepat di depan wajahnya.

     “Hellooo, gue juga cedera kali sweetyku!” balas Bagas dengan sedikit gemas. Niya bergidik.

     “Idiih, udah salah masih aja manggil gue sweety. Sekali lagi lo manggil gue sweety, nih hadiahnya” Niya mengepalkan tangan kanannya di depan wajah Bagas, dia sudah siap memberikan bogem mentah ke Bagas tapi di urungkan niatnya karena dia teringat kalau dia sedang kebelet banget.

     “Urusan kita belom selesai” tandas Niya lalu langsung berlari menuju toilet wanita. Bagas menatap punggung Niya dengan heran lalu dia berdesis “Cewek aneh!” dia kembali berlari menuju toilet cowok yang masih berada jauh dari tempatnya sekarang.
(:(:(: :):):)
     Suara mangkuk pecah terdengar nyaring di kantin kelas 12. Niya sampai menutup kedua kupingnya sambil mundur satu langkah, tanpa sadar mulutnya terbuka lebar melihat soto pesanannya jatuh di lantai begitu saja. Dia menatap garang cowok yang sudah menabraknya.

     “Elo lagi!” ujar Niya menggelegar, membuat orang-orang yang ada di sana menoleh ke arah Niya.

     “Aduuh, sweety kalo jalan liat-liat kenapa sih? Pecahkan tuh mangkok” ujar Bagas enteng. Niya membelalakkan matanya.

     “What? Heh, yang salah tuh elo! Pokoknya gue engga mau tau, lo harus ganti rugi! SEKARANG!” ujar Niya tandas. Dengan santainya Bagas melenggok ke arah gerobak soto.

     “Mang sotonya dua. Ohiya, sekalian ganti rugi mangkuk yang pecah” setelah menunggu beberapa menit, pesanannya siap. Bagas memberikan selembaran seratus ribu kepada Mang Udin, tukang soto.

     “Uangnya kebanyakan atuh, mas Bagas” Bagas menghiraukan ucapan Mang Udin, dia berjalan menghampiri Niya yang kini sedang duduk bersama Riya. Riya tersenyum manis ke arah Bagas dan dia membalasnya sedangkan Niya..

     “Mau ngapain lagi lo? Hah?” tanya Niya penuh emosi. Bagas menyerahkan semangkuk soto untuk Niya dan semangkuknya lagi untuk Riya, sebenarnya sih dia ingin makan berdua dengan Niya tapi sepertinya dia sangat kesal dengannya.

     “Thanks, gas” ujar Riya lembut. Niya masih terlihat kesal. Bagas pergi meninggalkan mereka berdua.

     “Niya, sotonya dimakan dong. Ntar keburu dingin”

     “Engga sudi gue makannya” Niya beranjak pergi meninggalkan kantin.
(:(:(: :):):)
     Niya lari pontang-panting menuju gerbang sekolahnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.59, dia menatap jam dipergelangan tangannya lalu berlari panik menuju gerbang sekolah.

     “PAK GERBANGNYA JANGAN DITUTUP!!!” terik Niya sejadi-jadinya. Niya yang masih berlari, tak menyadari kalau ada mobil yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Saat klakson berbunyi, Niya teriak dengan kencang.

     “AAA…” Niya menutup matanya lekat-lekat karena tidak berani melihat mobil yang sedang melintas di depannya, setelah dia menyadari kalau dirinya baik-baik saja dia segera membuka kedua matanya lalu menggedor-gedor jendela mobil di sebelah pengemudi. Seorang siswa yang menyetir mobil itu pun masih kaget dengan apa yang hampir saja terjadi kalau saja dia tidak mengerem dengan cepat.

     “WOOYY… KELUAR LO!!” Niya menggedor-gedor jendela mobil dengan kalap. Cowok itu keluar dari mobil setelah nafasnya kembali normal. Sifa terperangah dengan cowok yang ada di depannya sekarang

     “Elo lagi.. elo lagi! Kenapa sih setiap ketemu lo, gue sial mulu?!” ujar Niya kesal.

     “Mungkin takdir” jawab Bagas asal sambil mengangkat bahunya. Niya menghela nafas dengan kesal.

     “Minta maaf lo sekarang!”

     “What? Minta maaf? Enak aja, lo juga salah. Ngapain lari gak pake nengok kanan-kiri, hah?”

     “Eh, suka-suka gue dong. Kesalahan lo jauh lebih fatal dari gue. Kalo misalnya lo gak ngerem, gue bisa mati gara-gara lo!” ujar Niya sambil menekankan kata’mati’ dan menunjuk-nunjuk wajah Bagas.

     “Kalo lo mati jangan salahin gue lah. Itu namanya takdir, sweety” ujar Bagas dengan enteng.

     “Elo tuh ya. Lo tuh pantes dapet..” baru saja Niya ingin memberi bogem mentah untuk Bagas, tiba-tiba..

     “KALIAN BERDUA IKUT KE RUANGAN BAPAK!” teriak kepsek menggelegar, membuat mereka berdua terlonjak saking kagetnya. Niya memelototi Bagas dengan tajam.

     “Liat aja nanti” desisnya geram sambil mengepalkan kedua tangannya, lalu berlari meninggalkan Bagas. Sekarang gue tau cara ngedeketin Niya ujar Bagas girang dalam hati lalu dia melangkah menuju ruang kepsek dan meninggalkan mobil sport merahnya di tengah jalan. Saat melewati pos satpam, Bagas melempar kunci mobilnya ke satpam sekolah bermaksud menyuruh sang satpam memarkir mobilnya di area parkir sekolah.

     Niya mendengarkan ceramahan Pak Kepsek dengan bosan, tangan kirinya menumpu kepalanya lalu dia meniup-niupkan poninya yang panjang. Sedangkan Bagas cengar-cengir sendiri mengingat ide baru yang cermelang itu. Merasa ucapannya yang panjang lebar di abaikan, dia semakin marah kepada 2 muridnya yang tidak sopan. Lalu dia memberi hukuman kepada Niya dan Bagas.

     Mereka berdua keluar dari ruangan kepsek dengan santai. Niya menatap Bagas yang masih senyum-senyum sendiri dengan sinis orang gila ujarnya dalam hati lalu melangkah menuju taman sekolah yang terletak di belakang gedung. Dia mulai menyapu taman tersebut.

     “Taman bagus kaya gini kok sepi banget” Niya berucap sendiri.

     “Namanya juga angker, mana ada yang mau kesini” celetuk Bagas.

     “Elo tuh kalo ngomong jangan sembarangan! Engga ada bukti yang akurat. Buktinya tiga tahun gue sekolah di sini, main ke taman ini sendirian engga kenapa-kenapa tuh” ujar Niya sambil terus melanjutkan menyapunya.

     “Yah, itu karena lo bagian dari mereka kali” ujar Bagas dengan santai. Niya tidak terima dengan ucapan itu, dia membanting sapu yang sedaritadi di pegangnya lalu melangkah cepat ke arah Bagas. Niya mencengkram kerah seragam Bagas dengan kuat dan menatapnya dengan tajam.

     “Jaga mulut lo kalo lo mau selamat!” ancamnya pada Bagas, lalu dia pergi meninggalkan Bagas sendiri.

     Kini Niya berada di atas pohon, di area parkir sekolah. Dia biasa duduk di pohon itu kalau dia sedang bosan. Pohon itu juga sangat aman buat tempat madol, di jamin engga bakal ketahuan, sekalinya ketahuan tinggal lompat keluar pagar. Niya masih kesal dengan ucapan Bagas barusan.

     Bel istirahat sudah berbunyi dari 15 menit yang lalu, tapi Riya tak kunjung melihat kehadiran Niya. Dia bertanya kepada setiap orang yang di temuinya tapi tak ada yang tau satu orangpun. Riya teringat seseorang, Bang Black, dia satpam sekolah yang lumayan akrab dengan Niya. Riya segera berlari menuju pos satpam.

     “Bang liat Niya gak?” tanya Riya dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

     “Tadi sih liat, di panggil sama Pak Kepsek sama den’Bagas. Kenapa emangnya mba Riya?” Riya terbelalak mendengar nama Bagas di sebut-sebut juga. Riya menggeleng pelan sambil tersenyum, lalu mengucapkan terima kasih dan kembali berlari, kini dia berlari menuju taman belakang sekolah. Setiba di sana, dia hanya melihat Bagas seorang yang sedang merebahkan diri di bawah pohon. Dia menghampiri Bagas.

     “Niya mana?” tanya Riya to the point.

     “Meneketehe. Emang gue emaknya apa?” Riya mendengus kesal. Ternyata benar kata Niya, tampang doang cakep tapi sikap engga ada cakep-cakepnya. Riya pergi meninggalkan Bagas yang masih rebahan dengan santainya. Bel masuk sudah berbunyi, selama istirahat Riya hanya mencari-cari keberadaan Niya sampai-sampai dia lupa mengisi perutnya. Sedangkan Niya yang masih berada di atas pohon sambil memainkan HPnya tak perduli dengan suara bel berbunyi dengan nyaringnya. Setelah dia memastikan kalau keadaan benar-benar aman, dia segera melompat keluar gerbang sekolah. Lalu dia melenggok dengan santainya sambil mendengarkan lagu di earphonenya.

     Bu Anis, guru Fisika masuk ke kelas 12 IPA I. Kelas dimana keberadaannya Niya si ratu madol, itu salah satu julukkan kebanggaannya Niya. Menurutnya julukkan itu bisa menghapus sedikit kesedihannya. Bu Anis menyapu bersih pandangannya ke seluruh penjuru kelas sampai matanya tertuju pada satu bangku yang berada di pojok ruangan tempat dimana Niya duduk. Seakan tahu tatapan Bu Anis, Riya hanya mengangkat bahu tanda kalau dia tidak tahu keberadaan teman semejanya.

     “NIIYYAAA….” teriak Bu Anis dengan geram. Hal itu sudah menjadi tontonan biasa bagi teman-teman, karena setiap guru sampai naik pitam setiap kali berhadapan sama si ratu madol. Bu Anis keluar kelas sambil membawa-bawa penggaris kayu panjang, mencari-cari keberadaan murid didiknya yang bengalnya engga ketulungan. Murid-murid kelas 12 IPA I tertawa dengan kencangnya melihat tindakkan guru Fisikanya sekaligus wali kelas, yang sumpah konyol abis. Sekalipun tuh guru udah nemuin Niya, dijamin pasti cuma makan ati!
(:(:(: :):):)
     Di sisi lain. Niya yang lagi asik-asiknya jalan sambil sesekali melakukan gerakkan dancenya dengan lihai mengikuti ritme lagu yang mengalun di earphonenya. Tiba-tiba Niya terdiam, merasakan ada sesuatu yang aneh. Dia memutar badannya ke segala arah, tapi tidak ada siapa-siapa, sepi. Dia kembali memakai earphonenya dan melanjutkan langkahnya sambil nge-dance. Niya yang masih berpura-pura tidak menyadarinya, tetap nge-dance dan dia mulai melempari batu lumayan besar yang kebetulan ada di dekatnya menggunakan kakinya dengan kecepatan yang sulit dihindari. 3 orang berhasil terjerembab ke tanah karena lemparan kaleng yang mendadak itu dan tepat mengenai kepala mereka. Dari arah belakang Niya, ada 2 orang yang siap menghajarnya. Dengan berbekal ilmu bela diri, dia berhasil melumpuhkan mereka sekaligus. Niya berlutut di tanah dengan satu kaki dan kaki satunya lagi menumpu tangan kirinya.
    
     Niya melepas earphonenya, mencoba berkonsentrasi. Siapa dan berapa orang lagi yang akan datang ke tempat ini? Empat..enam..tujuh..tidak..sepuluh orang melangkah kemari, lima orang membawa pistol, tiga membawa senjata tajam, dan sisanya tangan kosong Niya mendengar langkah kaki yang semakin lama semakin dekat menghampirinya. Setelah mereka benar-benar dekat, Niya memakai kembali earphonenya “Battle is begin” desisnya sambil tersenyum sinis. Dia melompat dan kembali melakukan dancenya. 2 orang yang tanpa membawa senjata apa-apa lebih dulu maju melawan Niya. 2 lawan 1 tidak sebanding, tapi tetap saja Niya yang menang.
    
     Kembali dia melawan, kini 3 orang yang membawa pisau. Insting gue masih bekerja dengan baik rupanya ujarnya dalam hati. Niya tidak menyangka kalau tebakannya benar semua. Niya menghindar dari sesosok cowok yang berotot besar sambil membawa pisau ke arahnya. Dia mengangkat rok panjangnya lalu  segera berlari menuju tembok besar yang tak begitu jauh dari tempatnya berada sekarang, dia ingin mengecoh 2 orang yang sedang kalap mengejarnya. Niya berlari dengan cepat lalu dia melompat ke arah tembok besar itu dan kembali berlari sambil berteriak.

     “Widih, tuh cewek ajigilee.. bahenol pisan euy!” ujar Niya dengan suaranya yang super nyaring. Jelas para cowok yang mengejar Niya mencari-cari sosok cewek bahenol yang di maksudnya. Mereka tertipu. Niya segera melompat ke arah cowok yang tak begitu jauh dari tembok besar, dia memegang bahu cowok itu dengan kuat lalu memutarnya sehingga kakinya dapat memukul wajah cowok satunya lagi dan berhasil cowok itu terhuyung mundur beberapa langkah dan terjatuh. Niya segera melepas pegangannya dari bahu cowok yang masih pusing karena putaran mendadak tadi.

     “Coba aja gue lihai mainin pisau. Kita kan jadi bisa duel pisau” Niya bekata di sela-sela nafasnya yang ngos-ngosan karena sedang melawan cowok berpakaian serba hitam. Niya melupakan cowok berotot satu lagi sampai-sampai kedua tangannya dikunci dari belakang sama cowok itu.
    
     “Anjrit” desis Niya.

     “Makanya jangan seneng dulu, sayang” ujar cowok berotot itu. Niya memberontak. Kedua cowok yang membawa pisau itu tertawa dengan kerasnya dan tiba-tiba terbesit ide cemerlang di otak Niya. Dia melayangkan kakinya tepat di perut cowok di hadapannya dengan gerakkan cepat. Dan yang terakhir Niya menjepit kepala cowok itu, dia melakukannya dengan segenap kekuatannya, mereka bertiga berputar di udara. Niya berhasil terlepas dari kuncian si cowok berotot! Niya mendarat dengan mulus, tapi di kaki kanannya mengalir darah segar. Dia segera merobek roknya yang panjang lalu mengikatnya, agar darah itu tidak terus mengalir. Niya bangkit lalu menghadapi 2 cowok yang membawa pisau itu. Cowok yang satu sudah terkapar, tersisa cowok berotot yang masih berdiri tegap walau sebenarnya tuh badan dalemnya udah remuk semua. Niya menyeka darah yang keluar dari ujung bibir mungilnya, dia kembali tersenyum sinis. Niya kembali menyerang dan berhasil, cowok berotot itu jatuh ke tanah. “Bangkek!” kini tangan kiri Niya juga berdarah, sampai-sampai lengan seragamnya menjadi sobek.

     Sekarang 5 cowok sekaligus melangkah maju ke arah Niya yang masih berlutut sambil memegangi tangan kirinya. Dia mencoba bangkit.

     “Beraninya cuma sama anak SMA, cewek pula! Ckckck” Niya berdecak sambil menggelengkan kepala. Dia memaksakan dirinya untuk berdiri tegap, lalu mulai berlari untuk melawan mereka. Sekarang penampilan Niya bener-bener ancur banget. Dia sempet-sempetnya buka baju seragamnya, untung aja dia selalu make baju double plus celana pendek. Lagi berantem, masih nyempet aja nguncir rambut. Ditambah lagi, dia lari ke arah tasnya yang tergeletak dekat korban pertamanya. Dikira ngambil apaan, eh tau nya ngambil tindikkan buat telinga kirinya.
    
     “Nyolot juga nih cewek!” desis seorang cowok yang menurut Niya hmm..not bad lah. Niya berhasil menjatuhkan 2 orang sekaligus dan mengambil pistol mereka. Niya memegang pistol di kedua tangannya. Dia menembaki lawannya dengan lihai, seperti sudah berpengalaman. Niya yang lagi seriusnya menembak 3 lawan yang tersisa tersentak mendengar panggilan dari orang yang dia kenal.

     “NIYA” teriak Bagas speechless. Niya reflex menghentikan aksi menembaknya. Dia menatap Bagas dengan kesal.

     “Apaan lo? Mau nga..” belum selesai bicara, tiba-tiba Bagas mendorongnya sampai terhuyung jatuh ke tanah. Tangan kanan Bagas nyaris tertembus peluru, tapi biar bagaimanapun tangannya tetap saja terluka.

     “Lo gak apa-apa kan?” tanya Bagas.

     “Masih nyempet-nyempetnya lo nanyain keadaan gue? Emang brengsek tuh cowok tiga!” Niya segera bangkit lalu berjalan dengan kedua tangan memegang pistol kuat-kuat. Tangan kanan Niya terangkat, siap-siap menembak. Tapi mereka terkecoh, malah tangan kirinya yang menembak dengan gerakan cepat. Dan hebatnya lagi semuanya kena tepat sasaran, kaki ketiga cowok itu mengalir darah segera. Niya menatap mereka dengan garang.
    
     “Dimana BOS lo?” tanya Niya menggelegar.

     “Saya di sini nona manis” ujar seorang cowok yang sepertinya masih berumur sekitar 22 tahun. Niya segera memutar tubuhnya 1800, dia sempat speechless tapi segera dia rubah air mukanya.

     “One by one” tantang Niya dengan percaya diri.

     “O..o..o.. Si nona manis semakin tangguh rupanya. Baik! Pistol” pengawalnya menyerahkan 2 pistol ke tangan BOS nya. Niya dengan cowok itu saling berpandangan.

     Mereka memulai aksi tembak-menembaknya. Niya bersalto ke belakang untuk menghindar dari tembakan BOS itu sambil sesekali mencoba menembaknya tapi selalu meleset, mereka sama-sama tangguh. Bagas benar-benar speechless, sehebat itu kah Niya? Cewek imut bin galak yang selama ini dikenalnya? Kini Bagas bangkit setelah mengikat tangannya agar darah tidak mengalir terus. Lalu dia melangkah menuju pengawal BOS itu. Dia menyikut pengawalnya.

     “Mereka musuh bebuyutan ya?” tanya Bagas pada sang pengawal, dia hanya mengangkat bahu.

     “Kalo ditanya tuh nyaut. Lo gagu kali ya?” ujar Bagas dengan entengnya. Dia sama sekali tidak tahu kalau orang-orang yang ada di kelilingnya adalah kelompok mafia buruan polisi. Sang pengawal merasa terhina dengan perkataan itu, dia menatap Bagas dengan berang. Bagas bergidik ngeri melihatnya, dengan segenap tenaga yang di punya dia melawan cowok berotot super gede. Cowok berotot itu mulai kesal dengan tingkah Bagas yang seperti melecehkan kemampuannya. Di sisi lain Niya masih bertanding one bye one sama BOS itu. Niya terus menembakinya, BOS itu juga sama. Sampai kedua belah pihak ke habisan peluru. Mau tidak mau mereka duel kekuatan yang sesungguhnya. Taekwondo melawan kungfu. Niya yang menguasai ilmu bela diri taekwondo melawan BOS itu yang menguasai ilmu bela diri kungfu, kekuatan mereka seimbang. Mereka menekuk lutut masing-masing sambil menyeka darah di ujung bibir mereka. Tatapan yang sama sinisnya. Kobaran api amarah terlihat jelas di kedua belah pihak.

     Bagas yang sedang dikejar sang pengawal BOS dengan kalap berlari kencang ke arah Niya, lalu berteriak sambil melemparkan sesuatu.

     “NIYA TANGKEP! GUE LAGI DIKEJAR GORILLA NGAMUK NIH” Niya segera berdiri dan menangkap pistol magnum  pemberian Bagas. “Cowok gila” desisnya sambil sedikit tersenyum geli. Niya menghela nafasnya dengan berat. Lalu mulai melangkah menghampiri BOS yang masih berlutut dengan satu kaki itu.

     “Hmm… Garryan Cakra Pranenda” ujar Niya lirih sambil tersenyum sinis. “Adiniya Ceyra Pranenda. Kita saudara bukan? Seperti ini toh rasanya perang saudara? Haha.. seru juga ya?” Niya tertawa lirih.

     BOS yang ternyata bernama Garry itu menatap geram Niya, dia mengepalkan kedua tangannya.

     “Kita bukan saudara! ELO UDAH BUNUH BOS GUE!” teriak Garry dengan penuh amarah.

     “So?” tanya Niya yang masih berdiri tegap di hadapan Garry. “Lo mau bales dendam? Mau bunuh gue? Silahkan! Tapii.. kalau bisa” tantangnya, semakin membuat Garry geram. Garry bangkit dengan penuh emosi. Dia melangkah maju. Lalu dia berujar.

     “Bos gue segala-galanya buat gue! Karena gue engga di anggap di keluarga Pranenda!” kata-kata itu berhasil membuat Niya mengendurkan pegangannya dengan pistol magnum pemberian Bagas tadi. Niya menggeleng lalu melangkah mundur.

     “Engga! Elo di anggep di keluarga Pranenda! Elo cuma kehasut sama tuh BOS gila! Percaya sama gue, kak!” ujar Niya dengan serak, dia berusaha menahan airmatanya. Garry menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu dia mengambil pistol cadangan di balik jas hitamnya. Dia mengarahkan pistol itu ke Niya dan terus berjalan maju mendekati Niya.

     “Gue bukan kakak lo lagi! Dan gue bukan anak dari cowok brengsek bernama pranenda!” Niya merasa terhina dengan perkataannya yang sudah menghina mendiang ayahnya, cewek itu berujar dengan geram.

     “Jaga mulut lo! Dia bukan cowok brengsek! Yang brengsek tuh elo! Dia meninggal cuma demi nyelamatin lo! Tapi apa balasan lo? Lo malah khianatin ayah!” Garry menghentikkan langkahnya, kini mereka berdiri dengan tersisa jarak 1 langkah. Lalu dia menurunkan pistolnya. Dia menatap lekat adik perempuan yang sudah bertahun-tahun dirindukan. Tapi, kini mereka dipertemukan di waktu yang salah.

     “Gu..gue.. gue kaya gini karena ke egoisan gue! Gue envy sama lo dan Raka. Gue kehasut omongan Dion yang mengembel-embelkan kebahagiaan buat gue. Tapi nyatanya, gue malah kesiksa. Gue..” Garry menghentikan ucapannya. Dia menahan airmatanya, dan menggertakkan giginya dengan geram.

     “Envy? Kurang bahagia apa lo jadi anak Pranenda? Ayah tuh adil, bijak. Ayah kaya gitu juga demi kebaikan lo! Gara-gara lo keluarga kita jadi ancur! Bunda jadi sering mabuk! Sampai-sampai Raka di titip ke eyang dan gue tinggal di rumah tante Rara. Ini semua gara-gara lo!” dengan geram Niya mengucapkan semua sesak di hatinya, dia mengepalkan tangannya kuat-kuat, menahan emosinya yang sudah membara. Garry menatap adiknya dengan letih. Dia sudah lelah dengan semua ini. Ayahnya yang bijaksana dan adil, seorang Jendral meninggal demi menyelamatkan anaknya yang tidak tahu diri, seorang anak yang lebih memihak kepada pemimpin mafia yang menjadi buruan polisi.

     “Sorry” ujar Garry lirih. Nafas Niya semakin memburu karena bara amarah yang meletup-letup di hatinya. Garry melanjutkan ucapannya.

     “Bilang ke mereka, gue ngaku salah dan gue minta maaf. Gue emang engga pantes jadi anak seorang Jendral. Bilang ke Bunda dan Raka kalo gue kangen banget sama mereka dan gue amat sayang sama mereka. Hmm.. gue juga sayang sama lo, you are my everythink” Gerry menghentikan ucapannya, dia menarik nafas dengan berat lalu berucap kembali.

     “Gue akuin elo tipikal cewek tahan banting. Permintaan terakhir gue, jangan pernah tangisin masa lalu lagi!” Garry tersenyum manis, senyuman yang selama bertahun-tahun di rindukan Niya, senyuman yang selalu menenangkan hati setiap orang yang melihatnya. Garry kembali menarik nafas dengan berat lalu menutup mata dan kemudian DOORR… dia menembak kepalanya sendiri tepat di hadapan adik perempuannya. Niya speechless, dia diam mematung. Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi. Kakak yang amat sangat di sayangnya dan telah meninggalkannya dalam jangka waktu yang lama, kini kembali pergi meninggalkannya untuk selamanya. Niya melihat dengan jelas kalau kakaknya bunuh diri dengan menembakkan pistol ke kepalanya sendiri. Niya berlutut di depan jasad kakaknya, dia menangis dalam diam. Dia masih tidak percaya. Bagas yang juga melihat itu, langsung berlari ke Niya dan memeluk erat tubuh cewek itu yang sedang bergetar hebat, cewek itu benar-benar ketakutan. Niya menangis dengan keras dipelukkan Bagas, dia meluapkan emosinya dengan memukul-mukul dada bidang Bagas.

     Dia melepaskan pelukkannya dari Bagas lalu menghampiri jasad kakaknya dan meraihnya ke pelukkannya. Tangisnya pecah. Dia teriak histeris menyebut nama kakaknya. 5 menit kemudian polisi yang sempat di telfon Bagas datang ke TKP. Bagas membawa Niya menjauh dari jasad kakaknya.
(:(:(: :):):)
     Hari yang dinanti-nanti seluruh siswa-siswi SMA Pelita pun tiba. Hari ini mereka akan merayakan kelulusan mereka di BALI! Angkatan mereka adalah angkatan yang paling istimewa karena mereka telah berhasil membawa nama baik sekolah ketingkat pertama se-Bandung. Dan yang lebih istimewa lagi, siswi yang telah berhasil mendapat nilai tertinggi yaitu NIYA, si ratu madol yang super duper males masuk setiap jam pelajaran.

     “Malam ini adalah malam yang paling istimewa buat kita semua, karena kita telah berhasil menempuh ujian dan mendapat nilai yang sangat memuaskan. Terutama kepada Niya yang telah berhasil mendapatkan nilai yang hampir mendekati sempurna. Baiklah, kita persilakkan Niya untuk berkata-kata” Niya berdiri dari kursinya lalu naik ke atas panggung.

     “Terima kasih buat temen-temen semua, tanpa kalian hidup gue terasa hampa. Jujur, gue sama sekali engga nyangka kalau ternyata gue dapet nilai yang tinggi. Malah gue pikir mata gue yang rada, tapi ternyata engga! Gue seneng banget. Ohiya buat para guru-guru ku tersayang maaf banget ya kalo saya sering bikin kalian naik pitam, hehehe… hidup saya hampa tanpa omelan para guru-guru sekalian” para guru-guru tesenyum geli dengan ucapan siswi yang sulit ditebak isi otaknya ini. Niya melanjutkan ucapannya.

     “Buat Bu Ayu, wali kelas sepuluh saya. Makasih karena selalu membimbing saya. Buat Pak Boy, wiih wali kelas sebelas saya yang termetal, berkat hukuman bapak saya sekarang jadi cewek yang tahan banting. Nah yang terakhir Bu Anis, wali kelas dua belas yang dengan sabar menuntun saya sampai rela ngelilingin sekolah kalo tahu saya madol lagi. Saya bersifat seperti ini karena sebuah alasan. Jadi, maafkan saya kalau sifat saya selama ini kurang berkenan di hati kalian semua. I Love You So Much, You Are My Everythink” selesai menyampaikan sepatah dua patah, Bu Anis yang ada di sebelah Niya tanpa sepengetahuannya langsung memeluk erat siswi kesayangannya. Guru paruh baya itu menangis dalam pelukkan Niya, cewek itu juga menangis gembira. Teman-teman yang melihat adegan itu ikut menangis karena terharu, cewek tomboy yang mereka kenal selama 3 tahun, sekarang berdandan ala cewek pada umunya dan menangis tanpa bersikap jaim sedikitpun.

     Acara malam kenangan ini berlangsung dengan meriah. Niya sekarang berada di pantai tak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Dia membiarkan gaun panjang berwarna putih menjadi kotor karena terkena pasir pantai dan terjangan air pantai yang sedang bermain-main. Niya tersenyum, mengingat semuanya berakhir Happy Ending.

     “Gue engga tau perasaan gue sekarang ke elo itu gimana. Tapi satu hal yang gue tau, kalo gue takut kehilangan lo!” ujar Niya tandas tanpa menoleh sedikitpun ke Bagas yang sedang berdiri di sampingnya. Tau aja nih cewek kalo gue mau nanyain itu ucap Bagas dalam hati.

     “Would you be my girlfriend?” tanya Bagas penuh harap sambil memegang kedua tangan Niya dengan erat, yang sekarang sudah menghadapnya. Niya menatap Bagas dengan tatapan yang sulit di artikan.

     “Sorry” jawab Niya sambil melepas genggaman tangan Bagas dan beranjak pergi dari hadapan Bagas, tapi gerakan tangan Bagas lebih cepat. Dia menarik Niya dalam pelukkannya. Niya sempat speechless dengan tindakkan Bagas ini, entah kenapa dia tidak ingin marah seperti biasanya.

     “Gue tau, lo masih nunggu dia. Dan lo mau pergi ke Jerman buat nemuin nyokap plus adek lo, buat mulai kehidupan baru keluarga Pranenda. Gue ngerti. Jadi, kasih gue waktu. Lima menit aja, buat buktiin kalo gue sayang sama lo” mendengar penuturan lembut Bagas, dia menyambut pelukkan itu dengan segenap hati. Sekarang dia sadar, kalau dirinya juga menyayangi Bagas.

     Gue juga sayang sama lo, gas ujar Niya dalam hati sambil tersenyum. Bagas merasa jauh lebih baik, walaupun Niya tidak mengatakan tentang perasaannya tapi cowok itu sudah mengungkapkan isi hatinya yang selama 3 tahun di pendam sendiri. Yah, biarpun rencananya tak berjalan sesuai harapan tapi kejadian akhir-akhir ini jauh dari dugaan Bagas dan jauh lebih sempurna ketimbang rencananya. Allah memberi sesuatu yang lebih di butuhkan daripada yang diinginkan kita.

     5 menit untuk selamanya. 5 menit terakhir Niya memeluk Garry, kakak yang sangat di sayangnya. 5 menit dia merasakan pelukan yang tulus dari Bagas, cowok yang selama ini sangat ingin Niya musnahkan, tapi sekarang malah ingin selalu di dekatnya. Buat Niya, 5 menit adalah waktu yang sangat special buat hidupnya. 5 menit terindah adalah saat dimana dia berani mengambil keputusan untuk membuka lembaran baru dengan keluarga Pranenda dan menyadari kalau dia sudah bisa melupakan cinta pertamanya dan sudah mendapatkan penggantinya.
(:(:(: :):):)
Cinta pertama bukan berarti cinta sejati
Cinta pertama memang sulit dilupakan
Tapi, bukan berarti selalu diingat
Berakhirnya suatu hubungan
Bukan berarti berakhirnya suatu kehidupan
Cinta yang tulus adalah pengorbanan
Ketulusan cinta tak selamanya berjalan mulus

Awal yang buruk belum tentu berakhir buruk
Happy ending dan sad ending tak jauh berbeda
Karena, jika satu masalah selesai
Masalah lainnya akan timbul kembali
Sampai ajal menjemput
Dan kematian bukan jalan menuju kebebasan
Tapi, awal menuju dunia lain

Jika kalian menyayangi seseorang
Pikirkanlah baik-baik
Apa kalian tulus menyayanginya?
Atau hanya sekedar suka?
Karena rasa suka dan sayang tak jauh berbeda
Fikirkanlah baik-baik sebelum mengungkapkan
Jangan beri harapan palsu kepada orang yang menyayangimu

Tapi..
Jika kamu yakin perasaan itu adalah rasa sayang
Ungkapkanlah..
Sebelum engkau menyesalinya
Tetaplah tersenyum
Sekalipun orang itu tak memilihmu

Jadikan masa lalu sebagai guru terbaik
Bangkitlah dari keterpurukkan
Jangan biarkan orang lain tertawa
Di atas penderitaanmu
Buktikan bahwa kamu bisa

Tutup kedua matamu
Lalu bukalah mata hatimu
Langkahkan kakimu sesuai keinginan hatimu
Maka disitulah titik suatu kebahagiaanmu
(:(:(: :):):)
     SELESAI!! Gimana? Gimana? Pasti jelek ya?? Maaf banget ya :’(, ceritanya bikin bete ya? Emang! Gue udah tau, gue cuma mau nyoba ngepost cerpen aja. Yaudahlah kalo gitu. Makasih buat yang udah luangin waktunya buat baca cerpen gue. Thanks :’). Ohiya, jangan lupa komen sepedas mungkin, ditunggu ^^