Welcome to my blog =D

Di blog ini, aku naruh berbagai hasil karya aku bahkan sampai sedikit curhatan tentang keseharianku. Ku harap kalian suka membacanya ^^

Kamis, 30 Mei 2013

is, 30 mei 2013

           4 hari yang lalu, aku sama Bayu annive yang ke 3 bulan terus hari Senin nya ulangtahun ku yang ke 16th. oh God, 

Sabtu, 30 Maret 2013

Lolo - Lilo :)

Selasa, 26 februari 2013 15.48

     Ada seorang cowok yang nembak cewek yang dia suka di depan gang rumah si cewek. Ceweknya nerima dan saking senengnya si cowok sampe megang tangan si cewek mastiin dengan jawaban yang dia terima. Si cewek nganggukin kepalanya sambil tersenyum terus bilang "iya beneran".

     Si cowok pamit pulang dan langsung ngebut-sengebutnya saking senengnya. Cewek jalan ke rumah nya dengan perasaan seneng. Ini pertama kali nya dia di tembak cowok langsung, si cowok juga demikian sih, pertama kali nya nembak cewek langsung.

     Hubungan mereka aman lancar terkendali sampe 1 bulan lebih dan ternyata ini juga pertama kalinya buat si cowok karena hubungannya sama si pacar bisa bertahan sampe sebulan lebih. Yang bikin si cewek bener-bener seneng sama pacarnya yang sekarang adalah hubungan mereka gak tertutup, di sekolah pada tau mereka pacaran, keluarganya cewek juga tau.

     Tapi ada satu kendala yang mengganjal hati kecil si cewek, MANTANNYA SI COWOK!!! Jadi gini, waktu mau fotocopy si cewek ketemu mantannya, terus mantannya beserta teman-temannya, diantara mereka ada yang bilang gini "Ceweknya cakep, ya?" dengan nada nyindir gitu. Mba sis, kalo masih suka kenapa dulu si doi diputusin, giliran sekarang dia udah punya yang lain, malah lo sindir-sindir??? -_____-"

     Ya mungkin sekian dulu deh cerita hari ini. Oke, that's real story.

Sabtu, 29 Desember 2012

Yang Pertama



Rangkaian kata ini kupersembahkan untukmu duhai kekasih…
Aku menyukaimu, aku menyayangimu, aku mencintaimu tulus dari lubuk hatiku yang terdalam. Tapi mengapa dengan mudah nya kau khianatiku? Mengapa dengan mudahnya kau menyukai perempuan lain? Apa kau tak sadar telah membuat goresan luka di hatiku? Apa kau tak pernah memikirkan perasaanku? Kapan kau dapat mengingatku seutuhnya? Kapan kau menyadari semuanya?
Kau yang pertama untukku, berhasil dengan mudahnya mencuri hatiku, berhasil dengan gampangnya membuatku jatuh cinta padamu, dan kau juga yang berhasil meluluhlantahkan hatiku. Kau tega meninggalkanku sendiri disini, terpuruk akan perasaanku sendiri, menanti setiap janji manis yang kau beri untukku. Aku tak dapat beranjak, aku masih disini, aku menunggu, dan akan selalu menunggumu disini.
Mungkin aku perempuan paling bodoh di dunia karna menunggu penantian tak berujung. Tapi perasaanku padamu masih ada, walau mulai berkurang. Andai aku hidup di dunia dongeng, akhir kisah cintaku pasti akan bahagia hidup bersama pangeran tercinta. Tapi itu mustahil, aku hidup di dunia fana ini hanya sebagai seorang perempuan bodoh yang menyukai laki-laki yang suka mempermainkan hati perempuan dan aku salah satu korbannya.

Harus Berubah (Cerbung), by : TSM



Part 8
            “Ardi, aku minta maaf atas semuanya. Seharusnya aku gak perlu marahin kamu sampai segitunya. Aku terlalu emosi. Aku gak nyangka kalau kamu sebaik ini” ujarnya sangat lemah. Ardi mengelus lembut tangan Sifa yang dingin dan menatap wajahnya, tatapan sayu, kantung mata yang mulai menghitam, bibir kering, kulit putih pucat, sepertinya Sifa terlihat lebih kurus tidak seperti dulu.
            “Ohiya, kamu tau darimana kalau aku disini?”
            “Aku yang nganter mama kamu”
            “Makasih banget, ya. Jadi ngerepotin banget”
            “Santai aja lagi” Ardi terus menatapnya sambil tersenyum tulus.
            Sifa memaksa dirinya untuk tersenyum, walau sulit. Dia membalas tatapan yang selama ini dihindarinya. Ardi masih saja menggenggam tangan Sifa.
            “Kaya nya kamu harus istirahat deh. Muka kamu pucat banget” Ardi menganjurkan. Sifa hanya mengiyakan.
            Sifa yang sedang berbaring di ranjang yang sudah lama ditinggalnya, mengubah posisinya menjadi duduk, di baca nya sms yang dia terima.
            Temuin gue di tempat biasa. Sekarang!
            Nomer siapa ini, ya? batinnya. Di tengoknya keadaan di luar yang sedang hujan dengan derasnya. Tak pikir panjang lagi, Sifa hanya mengambil jaket lalu segera menerobos dinginnya hujan yang mengguyur kota tempat tinggalnya. Walau sebenarnya dia tidak mengetahui tempat biasa yang di maksud di pesan tersebut dimana, perasaannya mengatakan agar pergi saja ke tempat biasa Sifa dan sahabatnya bertemu.
            Setiba di tempat tujuan, Sifa terkejut melihat Winda dan Tania sudah berdiri menunggu kehadirannya. Dia bertanya-tanya pada dirinya apa yang sebenarnya terjadi.
            “Langsung to the point aja kali, ya. Gue udah muak sama lo, PENGKHIANAT!!! Cewek gak tau diri, yang bisa nya cuma ngerebut pacar orang. Pacar SAHABATnya pula!” ujar Winda dengan emosi yang memuncak dan melempar kasar beberapa foto tepat di muka Sifa.
            “Gue gak tau harus bilang apa. Tapi itu bukti kalau lo udah khianatin kita. Gue kecewa sama lo, sif!! Bener-bener kecewa” ujar Tania pelan namun menusuk sampai ke paru-paru. Sifa hanya terdiam. Dia tidak mengerti. Cobaan apalagi ini ya Allah?
            Sebelum mereka meninggalkannya, Sifa berkata dengan suara nya yang mulai serak.
            “Gue gak ngerti sama kalian. Kapan kalian ngasih gue kesempatan buat jelasin semuanya? Gue bukan pengkhianat, malahan gue selalu nyoba buat jaga persahabatan kita, walau gue tau itu sulit” gemericik hujan meramaikan kesunyian di antara mereka.
            “Gue cuma mau bilang itu. Kalian boleh pergi ninggalin gue sendiri disini, makasih dan maaf untuk semuanya” lanjut Sifa dan akhirnya benar ditinggalkan mereka berdua. Kalian boleh pergi ninggalin gue sendiri disini yang benar-benar sedang membutuhkan kalian lanjutnya dalam hati. Malam ini sangat meriah dengan guyuran air, tidak hanya dari langit namun juga dari mata Sifa bahkan tak kalah deras. Dia berjalan sempoyongan di bawah derasnya hujan dan petir yang semakin menggelegar. Dia memeluk tubuhnya sendiri dengan erat, dingin dan kesunyian meliputi dirinya.
            Tak sanggup berjalan semakin jauh, Sifa duduk di halte yang tak ada seorangpun, atapnya juga sudah tak ada. Kenapa tak ada siapapun di sampingnya saat dia butuh? Kenapa cobaan datang dengan sangat bertubi-tubi bahkan sudah membombardir batinnya dan berefek sangat besar ke fisiknya?
            Sifa menangis dalam diam, dipuaskannya hati itu untuk mengungkapkan semuanya melalui airmata yang bertumpahan mengiringi derasnya hujan yang mengguyur habis tubuh Sifa. Dia yang hanya mengenakan tanktop dilapis jacket dan celana di atas lutut, telah menggigil maksimal, wajahnya semakin pucat, dia tidak kepikiran untuk berganti pakaian terlebih dulu sebelum berangkat.
            “Gue jadi gak tega lihatnya” ujar seseorang dari kejauhan yang memantau Sifa tanpa menoleh sedikitpun. Teman yang di sebelahnya hanya terdiam tetapi pandangannya tertuju pada objek yang sama. Sifa!
            “Udahlah, cepetan jalan” perintahnya.
            Tangis Sifa semakin deras dan diredamkannya dengan kedua telapak tangannya.
            Andaikan ada obor
            Lebih baik ku gunakan untuk membakar diri sendiri
            Daripada terus berjalan di bawah gelap
            Tanpa ada yang mengiring satupun
            Lebih baik aku mengiris kuping
            Daripada harus mengiris hati ini
            Seperti berjalan di atas bara api
            Berharap hujan akan melenyapkannya

            Seseorang memegang kepalanya lalu disenderkan ke pundaknya. Sifa mengangkat kepalanya terkejut, takut kalau orang jahatlah yang dia hadapi. Orang itu tersenyum tulus dan menatapnya sarat-sarat terlihat tatapan iba. “Benny?” Tanya Sifa lemah. Orang itu mengangguk. Dia kembali menaruh kepala Sifa ke pundaknya. “Gue bilang juga apa, lo pasti bisa, Sifa…”
            “Ka..mu..tau darimana nama aku..Sif..fa?” Tanya Sifa ragu. “Rio” jawabnya singkat dan datar. “Rio?” Tanya Sifa lagi namun dengan intonasi yang meninggi, terlalu berlebihan kagetnya, rasa sakitnya kembali datang, diremas kasar rambut panjangnya yang basah. Benny agak panik melihat kondisi Sifa. “Dia nunjukin foto cewek yang dia cari, mirip banget lo, dan dia cerita panjang-lebar tentang lo. Tapi gue gak bilang kalo kita pernah ketemu”
            Sifa kembali menangis, tangisan dari hati. Dia benar-benar tidak menyangka, sebenarnya siapa cewek yang dicintai Rio?? Ria, Mey, atau Sifa? Sedangkan dia sendiri juga tidak mengerti siapa yang sebenarnya tulus dia cintai saat ini. Ridwan..Rio..Arya… ditatapnya wajah rupawan Benny yang basah terguyur hujan. Sifa bangkit berdiri, namun kembali terjatuh, kini kepelukan Benny. “Gue anter” ujarnya. “Engga usah, gue bisa pulang sendiri kok” tolak Sifa halus.
            “Lo lagi sama gue, berarti lo tanggung jawab gue” Benny langsung menggendong Sifa masuk ke dalam mobil CRV hitamnya. Cewek manis itu mengalah.
            “Mama udah sadar? Sifa seneng deh lihatnya” ujarnya dengan senyum yang akhirnya dapat mengembang dengan ikhlas tanpa paksaan sama sekali, tulus dari hati.
            “Sayang, muka kamu kok pucat? Kamu sakit, sifa?” Tanya mama nya cemas.
            “Aku sehat. Mending mama pikirin kondisi mama dulu. Sifa mau mama cepet sembuh, biar bisa liburan sama-sama”
            “Dan..sebenarnya Sifa mau jujur sama mama tentang kejadian tempo hari” Sifa menceritakan dirinya yang berniat minggat sampai pindah ke Yogya dan sebagainya yang berhubungan dengan Mey dan Arya. Mama nya hanya menanggapi setiap ceritanya dengan senyum dan anggukan kadang tertawa pelan, dia tahu bahwa anak perempuan tersayangnya sedang dilanda masalah yang teramat sangat sulit.
            Tadinya ingin menjenguk, berubah menjadi menguping pembicaran ibu dan anak. Dia tersentak mendengar semua cerita Sifa. Dia selalu berkata yang baik-baik bila bersangkut paut dengan Winda dan Tania. Sifa, lo bener-bener punya hati yang jernih banget batin orang tersebut.
            “Emang bener-bener deh tuh cewek. Sifa lo paling bisa bikin gue gilaaa!! Pandai banget sih sembunyi nya” Rio gemas sendiri mencari-cari keberadaan Sifa. Rakka hanya bisa memberi semangat padanya. Ridwan teringat sesuatu.
            “Eh, nanti malam Senin kan?” Tanya nya girang. Yang lain mengangguk.
            “Gue tau dimana dia. Feeling gue pasti gak akan salah” semburat senyum sok misteriusnya muncul kembali, memancing Rio dan Rakka untuk menimpuk Ridwan dengan barang apapun yang dapat mereka raih.
bila harus ku berlari
bila harus ku terjatuh
bila nanti ku terluka
ku tak akan meminta
            Kata demi kata dituliskan di buku harian Sifa yang sudah lama tak terpakai dan baru kembali di buka sekarang, saat dia sedang merasakan kegalauan hati yang duduk seorang diri di atas gedung tua yang sudah tak jelas lagi bentuknya.
di sinilah ku berdiri
di sinilah ku bertahan
aku tak akan berpaling
karna ku bisa
            Sudah lama Sifa tidak merasakan tiupan angin nakal yang menyapu seluruh tubuhnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dia sangat menyukai saat-saat ini, apalagi malam ini langit sedang terang-terangnya dan banyak sekali bintang yang bertaburan disana menemani bulan yang kesepian.
saat bersamamu kasih
ku merasa bahagia
dalam pelukmu
tapi aku merasa
jatuh terlalu dalam, cinta mu
            Sifa kembali teringat akan sosok Rio. Kenapa selalu dia yang teringat sih? Sifa mulai kesal, namun dia tetap saja terus menulis. Dengan cara ini dia dapat membuat hati nya lebih tenang dari sebelumnya.
Dengarkan curhatku                         Dengarkan curhatku
Tentang dirinya                                  Tentang dirinya
Betapa anehnya                                 Betapa manisnya
Tingkah lakunya                                Senyum bibirnya
            “Aduh, kenapa aku jadi nulis yang berbau cinta-cintaan sih? Sifa Sifaa…” diketuk-ketuk gemas kepalanya menggunakan pulpen yang dipegangnya. Pandangannya menjadi gelap seketika, ada yang menutup matanya. “Aduh, ini siapa sih? Jangan iseng deh” ujarnya agak sedikit ketus. Perlahan tangannya mengendur. “Gue Benny” lalu dia duduk disamping Sifa.
            “Sekarang lo gak sendiri lagi” ujarnya manis. Sifa terkesima, baru kali ini dia melihat Benny tersenyum. Mereka saling pandang dan melempar senyum. Kini pulpen pindah ke tangan Benny, dia mulai mencoret-coret telapak tangannya, Sifa penasaran apa yang kira-kira ditulisnya itu. Dia menunjukan hasil tulisan tangannya.
            Cinta itu bagaikan angin, terasa namun tak terlihat….
            Sifa bersandar di pundak Benny seperti malam itu dan gantian dia yang menulis di telapak tangannya.
            Berbagi ketenangan namun tak bisa disimpan
            “Dikira uang kali pake disimpan-simpan segala” Sifa cemberut lalu segera menggelitik Benny, mereka hanyut dalam kehangatan setiap tawa yang tercipta sampai…
            “Sifa” panggil seseorang dari arah lain tak jauh dari mereka berada. Membuat Sifa sedikit kaget dan menoleh perlahan, karena yang mengetahui tempat favoritnya disini hanya Ridwan seorang. Benar saja, dia lah yang memanggil. Semua yang melihat kondisi Sifa sangat terkejut. Wajahnya putih pucat, bibirnya sangat terlihat jelas betapa putih pudarnya, keliling matanya juga hitam pudar. Sudut bibirnya terlihat memar. Di dahi nya ada perban, apa yang terjadi pada Sifa? Namun walau dalam kondisi apa pun, dia tetap memamerkan senyum nya pada semua yang melihatnya.
Tapi ketika dilihatnya Sifa sedang asik bercanda dengan sesosok orang asing bagi mereka, namun tidak untuk Rio, membuat mereka terdiam. Rio segera menarik paksa tangan Sifa “Aduh sakit” ringis Sifa. “Sakitan mana sama aku yang kaya orang kesetanan nyariin kamu? Sakitan mana sama aku yang ditipu sama temen sendiri?” Tanya nya sinis sambil melirik sengit Benny. Cowok itu bangkit berdiri, mencoba memegang pundak Rio namun langsung ditepis kasar. Tanpa basa-basi, dia langsung menghajar Benny sampai tersungkur di tanah. Sifa segera menghentikannya dan membantu Benny bangkit kembali.
“Rio kamu apa-apaan sih? Benny gak salah apa-apa” bela Sifa dengan emosi yang masih bisa diatur.
“Oh gitu, kamu bela dia? Kamu lebih milih dia? Oke, fine” ujarnya.
“Maksud kamu apa?” Tanya Sifa bingung.
“Sekarang gue ngerti. Lo cuma mainin perasaan gue”
“Hah? Apa kamu bilang? Aku mainin perasaan kamu? Hey sadar dong, selama ini siapa yang tersakiti? Aku.. aku.. bukan kamu, Rio” ujar Sifa dengan airmata yang mulai membendung. Semuanya terdiam, sadar kalau ini bukan urusan mereka. “Apa selama ini kamu sadar kalo aku sayang sama kamu? Apa kamu tau alasan aku jauhin kamu? APA KAMU TAU SEMUANYA?? Gak kan? Gak….” Rio hanya terdiam, mendengar dengan seksama setiap penuturan cewek yang sangat disayangnya.
“Aku cemburu kamu deket sama cewek lain. Ria!! Sepupu yang suka sama kamu, ya…adiknya kak Rakka” ujarnya semakin membara. “Apa saat itu kamu ngertiin perasaan aku? Engga kan, Rio? JAWAB PERTANYAAN AKU?” kini gantian Benny yang memapah Sifa yang hampir terjatuh karena melemas. Rio tersentak mendengarnya, yang lainnya pun tak kalah kaget.
“Cukup Rio cukup… aku cuma gak mau perasaan aku dimainin lagi seperti Ridwan mainin perasaan aku. Aku gak mau itu terjadi kedua kali nya. Aku gak mau...” Benny mempererat rangkulannya. Ridwan langsung menegang, sepertinya takkan ada lagi harapan untuknya. “Sifa, sorry untuk semuanya. Aku ngerasa bersalah” pinta Ridwan tulus sembari mendekati Sifa.
Cewek itu malah memeluk Benny meminta pertolongan dari cowok yang berbadan proporsional ini. Tak perduli apapun dan siapapun, kini dia hanya merasa nyaman bila dekat Benny, dia takut ada ancaman lain datang menyerangnya. “Sifa, ini gue Arya..” Arya mencoba mendekatinya namun Sifa makin mempererat pelukannya. Dia menggeleng kuat, dia berubah total.
“Benny, bawa gue pergi kemanapun lo mau. Please… Benny please…” pinta Sifa dengan sangat melas. Membuat setiap orang yang melihatnya terasa iba. Mey mencoba mendekati Sifa dan mengelus rambutnya namun Sifa menepisnya dengan sangat kasar dan berteriak-teriak “Lo juga sama nya. Lo suka juga kan sama Rio? Lo semua jahat!!! Tega nyakitin gue” Sifa mendorong kasar Mey dan beberapa detik setelah itu dia jatuh pingsan.
            “Dia tekanan batin” lirih Benny. Suasana hening membalut di antara mereka. “Seharusnya ada yang setia jadi temen curhatnya, tapi ‘mereka’ malah nyakitin hati Sifa” tutur Benny dengan penekanan di setiap katanya. “’mereka’ siapa maksud kamu?” Tanya Mey. “Sahabatnya lah, siapa lagi” jawabnya sengit sambil menatap tajam Rio yang diam saja sejak tadi.
            Yang lain sibuk dengan pikirannya masing-masing, Arya masuk ke kamar dimana Sifa sedang terbaring lemah. “Entah sejak kapan, perasaan ini muncul gitu aja, tanpa bisa gue cegah. Ini pertama kalinya gue bisa ngerasain sayang untuk orang lain, karena selama ini hati gue cuma buat Mey adik gue. Tadinya gue fikir ini perasaan kakak ke adik doang, tapi semakin gue diemin perasaan ini semakin menjadi, pas gue ketemu lo lagi, ada sesuatu yang beda gitu di hati gue, atau mungkin…”
            “Gue cinta sama lo, sifa” dikecupnya lembut punggung tangan Sifa. Rio yang mendengar jelas semuanya dan melihat keseriusan Arya, menunda melihat keadaan Sifa.
            Mey mengikuti langkah kaki yang membawa Rio kemanapun dia pergi. Ridwan masih duduk di tempat semula. Hati nya kacau, tidak menyangka kalau banyak sekali saingannya untuk mendapatkan Sifa. Padahal dulu mudah saja untuk dia memiliki Sifa, tapi kini?
            “Win, mau sampai kapan sih lo begini? Lo gak kasihan apa sama Sifa?” Tanya Tania mulai gemas dengan sahabatnya yang satu ini.
            “Hah? Kasihan? Males banget. Dia tuh pengkhianat, tan” jawab Winda menggebu-gebu. Dia mengalihkan dirinya ke novel yang baru mulai dibacanya. Tania duduk di depannya dan menarik paksa novel tersebut.
            “Iya, pengkhianat yang rela ngorbanin dirinya ditusuk benda tajam sama rampok yang nyaris ngerampok lo tempo hari. Pengkhianat yang relain nyawa nya demi nyelamatin lo dari tabrakan malam itu. Apa itu yang namanya pengkhianat?” cerocos Tania panjang lebar. Dia merasa sangat bersalah karena hanya memandang sisi negatif nya saja tanpa meninjau sisi baiknya Sifa.
            “Jadi orang yang nolong gue dan langsung dibawa ke rumah sakit sama warga, tanpa gue sempat liat siapa orangnya. Ternyata Sifa?” Tanya Winda melemah. Tania mengangguk. Tania juga menyerahkan beberapa surat dari Ardi untuk Winda, beserta hadiah seperti bunga, boneka, dan lainnya.
            “Itu semua karena Sifa. Dia gak mau ngecewain kita. Orang yang dia sayang” Winda mulai menangis. Tidak terbayang bagaimana jahatnya dia telah menganggap sahabatnya sendiri sebagai pengkhianat yang telah merebut kekasihnya.
            “Dia itu seperti Jerry yang pandai bersembunyi dari kejaran Tom. Menyelesaikan masalah tanpa jejak dan tidak diketahui tempat dan waktunya” ujar Tania yang tersenyum kecut di sela tangisnya. Winda menarik Tania keluar rumah, harus segera mendatangi Sifa.
            Winda dan Tania langsung menyerobot masuk ke kamar tempat dimana Sifa beristirahat. Arya terbangun menyadari ada tamu yang datang.
            “Sssttt, kalau mau jenguk jangan berisik. Dia butuh istirahat total, jangan sampai tidurnya ke ganggu” Arya mengingatkan.
            Sifa, segini beratkah cobaan yang lo jalanin? Sampai fisik lo kena dampaknya juga? Maafin gue yang gak bisa ngerti lo, sif. Batin Winda lalu keluar karena tangisnya sudah nyaris pecah. Tania mengekor di belakang.
            “Kak Arya…”panggil Sifa sambil mengusap tangan Arya yang menggenggam tangannya. Dia sadar suaranya tak kan terdengar.
            “Hmm… ya. Eh, Sifa udah bangun? Gimana? Udah baikan?” Sifa tersenyum dan mengangguk.
            “Gue ngabarin yang lain dulu, ya” Arya segera keluar kamar dan mengabarkan semuanya bahwa Sifa sudah siuman. Gue ngerasa ada yang beda setiap kali deket kak Arya batin Sifa sambil menatap punggung Arya yang menghilang di balik pintu.
            Ridwan langsung menyerobot lebih dulu dari yang lain.
            “Sayang kamu udah baikan? Sarapan udah dateng, aku suapin ya? kamu harus cepet sembuh, biar kita bisa jalan bareng lagi” Rio menoyor kepala Ridwan, dia mengaduh.
            “Lo kira-kira dong kalo nanya. Dia kan baru sadar, masih agak pusing pasti palanya. Iya, kan?” Sifa mengangguk. Dia selalu bisa ngertiin aku, sebagai sahabat..
            Mey menghampiri Sifa, dia menatap Rio dan Mey bergantian, mereka cocok. Sifa tersenyum bahagia melihat semuanya bisa bersatu. “Benny mana?” Tanya Sifa saat teringat sosok Benny yang tak ada di antara kebahagiaan mereka, tak ada yang menjawab. Hanya Rakka yang memberikan seutas surat, langsung dibacanya surat tersebut.
            Hay, Sifa… udah sadar, ya? Gue turut seneng, ya walau gue gak ngeliat lo langsung. Sorry gue pergi gak pamit lo dulu. Gue rela kok kalo lo marah sama gue, karna gue yang salah. Gue bilang juga apa, gue yakin lo bisa nyelesain semuanya. Lo cewe hebat yang pernah gue temuin, gak usah sedih lagi ya. Lo senyum deh, dibalik senyum lo itu terukir banyak senyuman lainnya, termasuk senyuman gue. Jaga diri lo baik-baik, Sifa. Bye…
Benny
            Sifa terharu membacanya. Kini dia sudah temukan sebagian hati nya yang hilang, Benny. Dia sosok misterius yang bisa bikin dirinya yakin akan setiap langkah yang terlewati. Tanpa sepengetahuan siapa pun Dodo dan Gendis datang menjenguknya. Sifa teriak memanggil nama mereka dengan sangat girang. “Kalian tau darimana gue ada disini?” Tanya nya penasaran. “Kepoo…..” jawab mereka kompakan. Sifa manyun. Tak lama kemudian mama nya datang dari balik pintu, membuat Sifa sangat terkejut.
            “Mama?”
            “Sayang, kamu gak pa-pa Sifa?” Tanya mamanya khawatir. Sifa menggeleng sambil tersenyum. Lalu mereka berpelukan.
            “Aku minta maaf, aku sayang mama…..” ujar Sifa tepat di telinga nya.
            Setelah semua masalah dapat terselesaikan. Winda dan Tania sudah memaafkannya, dan Winda balikan dengan Ardi. Sekarang mereka semua sedang berlibur di Lombok, hari ini pantai senggigih tujuannya.
            Sifa, Arya, Rio, Ridwan, dan Rakka, ohiya tak lupa Dodo dan Gendis ikut serta dalam liburan semesteran tahun ini.
            “Sifa, semuanya udah berpasangan ya? Lo gak ada niatan gitu buat nyari pacar?” Tanya Arya dengan sedikit berharap.
            “Ada sih, tapi males ah takut di sakitin lagi” jawab Sifa.
            “Kalo cowoknya gue, gak akan disakitin lagi kok. Sungguh” ujar Arya dengan wajah sok-sok an baby face. Sifa mengangkat alisnya tinggi bermaksud bertanya arti dari kalimat tadi. Arya bersimpuh di depannya.
            “Lo mau gak jadi kekasih hati gue? Untuk sekarang dan sampai nanti takdir yang memisahkan kita” di keluarkannya sebuah kotak yang berisi cincin. Sifa berseri-seri, sangat terharu, romantis…
            “Aku mau…”
            “Beneran mau?” Tanya Arya senang.
            “Mau cincin ini maksudnya, hahaha” Sifa berlari menghindari Arya yang berusaha menangkapnya. Sifa nyaris terjatuh karena kesandung batu, untung Arya menangkapnya.
            “Kualat, kan? Nakal sih, haha… sekarang kamu jadi pacar aku, ya” Sifa memperhatikan jemarinya yang dulu kosong kini telah terisi dengan cincin pemberian Arya, hati nya pun demikian. Ridwan dan Rio adalah masa lalu nya, kini cukup menjadi sahabat saja.
            Dari kejauhan Rio memperhatikan Sifa dan Arya berbahagia. Padahal gue sayang lo lebih dari sahabat, sifa. Dan gue seneng lo make kalung pemberian gue. bintang kecil dan besar walau lo gak tau itu dari gue Batin Rio. Mey mendekap tangan Rio untuk mengajaknya berkeliling pantai.
            Winda asik bersepeda dengan Ardi. Tania bermain pistol air dengan Rakka, mereka sudah resmi jadian, entah gimana caranya perasaan mereka bisa timbul begitu singkat dan cepatnya. Ridwan dengan Ria menikmati es kelapa sambil duduk di batang pohon yang menjulang mendekati pantai, mereka masih merasa hancur karena pujaan hati sudah di ambil orang lain.
            Pada akhirnya, semua berakhir bahagia.