Part 1
“Hahaha….. gila lo, win. Makasih ya,
pa’deh” Sifa turun dari mobil jemputannya masih dengan tawanya, lalu dia
mengucapkan terima kasih kepada supir jemputannya. -- Setiba disekolah ataupun
dirumah, saat turun dari mobil anak-anak yang ikut jemputan mengucapkan terima
kasih kepada sang sopir karena itu sudah menjadi kebiasaan turun-temurun dari
kakak-kakak kelas terdahulu yang pernah ikut jemputan juga --.
Sifa yang masih teringat akan bahan
ketawa tadi, masih terkekeh geli mengingat itu. Dia baru tersadar akan sesuatu.
Mobil siapa nih? Markir sembarangan aja,
huh.. ujarnya kesal dalam hati. Lalu Sifa melangkahkan kakinya menuju
rumahnya.
“Assalamualaikum..” Sifa memberi
salam kepada seisi rumah, sembari melepaskan sepatu dan kaos kaki yang melekat
dikakinya sejak pagi.
“Walaikumsalam” ujar seisi rumah
sambil melemparkan senyuman kepada Sifa. Sifa tercengang melihat ada banyak
orang diruang tamunya. Setelah tersadar, Sifa menyalimi orang-orang yang ada
diruang tamu rumahnya satu per satu.
“Ini anakmu ya? Aduh cantiknya. Sini
duduk dekat tante” seorang perempuan paruh baya dengan wajah yang blasteran
menepuk-nepuk sofa yang dia duduki, bertanda menyuruh Sifa duduk disebelahnya.
Sifa hanya mengangguk lalu duduk disebelah perempuan paruh baya itu.
“Nama kamu Sifa ya? Tadi kami lagi
ngomongin kamu loh. Kata mama kamu sekarang kamu udah kelas 3 SMP ya? Sebentar
lagi SMA dong. Mau masuk SMA mana?” ujar tante itu panjang lebar. Baru Sifa
akan menjawab, tante itu sudah ngoceh lagi.
“Ohiya sampe lupa. Nama tante Dhela,
teman mama kamu sewaktu SMP” Sifa mengangguk. Dia tahu perempuan ini dari
cerita mamanya.
“Iya tante, nama aku Sifa. Mohon
doanya ya tante biar aku bisa lulus dengan nilai yang memuaskan” ujar Sifa
sambil tersenyum manis. Tante Dhela membalas senyum itu.
“Kenalin ini anak tante. Namanya
Satrio, panggil aja Rio. Rio kenalan dong sama Sifa” Sifa dan Rio berjabat
tangan, Sifa tersenyum manis kepada Rio, cowo itu membalas senyumnya terlihat
ada 2 lesung dikedua pipinya duh
gantengnyaa… mama, aku suka.. ujar Sifa senang.
“Sifa, kamu ganti baju dulu sana.
Abis itu temenin Rio jalan-jalan” perintah mamanya.
“Eh? Oh iya ma.
Tante..Rio..Semuanya, aku permisi ke atas dulu ya” Sifa segera berlari menuju
lantai 2 rumahnya, kamarnya terletak didekat balkon. Sifa menutup pintu
kamarnya, lalu melemparkan tasnya dan melepaskan dasi, gesper, jam tangan.
Setelah itu dia berganti pakaian, yang tadinya memakai seragam sekarang menjadi
memakai celana levis berwarna abu-abu dan kaos putih yang bertuliskan 8
Destroyer family, serta dia juga memakai kalung yang ada gambar doraemonnya,
tidak lupa juga dia memakai jam yang serasi dengan warna bajunya, yap putih.
Sifa sudah merubah dirinya yang tadinya kusam berubah menjadi cerah. Sifa siap
menemani Rio pergi.
“Sifa makan dulu yuk. Abis itu baru
nemenin Rio jalan-jalan” ujar mamanya seraya merangkul anak perempuan
satu-satunya itu.
“Makan..” ujar Sifa senang.
Merekapun makan siang bersama, setelah itu Sifa menemani Rio jalan-jalan
keliling daerah itu.
♀ ♥ ♂
“Lo mau gue temenin kemana?” tanya
Sifa pada Rio seraya memakai seatbelt. Rio menoleh ke arah Sifa, ni cewe cantik juga ternyata ujarnya
sambil tersenyum.
“Hellouuu… gue nanya masnya. Lo mau
gue temenin kemana?” tanya SIfa sekali lagi sambil mengibaskan tangan kanannya
didepan wajah Rio. Rio tersentak.
“Hem.. engga tau gue. Hah, gimana
kalo ke BKT aja?” ujar Rio sambil tersenyum lebar.
“Hah? BKT? Engga salah?” tanya Sifa
kaget.
“Menurut lo?” tanya Rio, lalu mulai
menjalankan mobil itu.
“Gue kasih tau nih ya. BKT itu
pemandangannya parah banget. Itu tuh belum sepenuhnya jadi. Banyak sampahnya, kotor deh
pokoknya. Kok lo malah milih kesana sih?” tanya Sifa sedikit kesal.
“Masa sih? Abis, gue kan baru pulang
dari NY” ujar Rio.
“Heh? Sumpeh lo? Ngapain lo disana?”
tanya Sifa. Posisi duduknya sekarang, menghadap ke arah Rio.
“Bajak sawah” jawab Rio asal. Sifa
langsung cemberut dan kembali keposisinya semula, menghadap ke jalan raya. Rio
terkekeh geli, lalu dia mengacak-ngacak rambut Sifa.
“Bercanda. Gue sekolah disana dari
SD. Sekarang tuh hari ketiga gue di Indonesia, nyokap gue ngajakin gue kerumah
temen lamanya. Eh ternyata anaknya cantik banget, engga salah deh kalo gue ikut
nyokap gue, hehe…”
“Huh.. dasar. Eh by the way, lo
kelas berapa?” tanya Sifa, mengalihkan pembicaraan.
“Kelas satu SMA” jawab Rio,
pandangan masih fokus ke jalan raya. Sifa tersadar sesuatu, ini bukan jalan
menuju BKT.
“Eh..eh.. lo tuh sebenernya mau
kemana sih? Ini kan bukan jalan ke BKT” ujar Sifa heran.
“Katanya BKT jelek. Yaudah mending
kita nonton di BCP aja” jawab Rio santai.
“Gue engga bilang BKT jelek, gue
cuma bilang BKT kotor. Heh, lo udah tau daerah sini ya?” Rio mengangguk.
“Untuk sementara, gue sama nyokap
gue nginep dihotel horizon. Bokap gue masih sibuk sama kerjaannya di NY” Sifa
hanya ber-oh ria. Setelah mobil terparkir, Rio dan Sifa keluar dari mobil.
Tanpa diduga Rio menggandeng tangan Sifa. Sifa memandang tangannya yang sedang
digenggam erat sama Rio seperti takut kehilangan cewe itu. Rio tersadar dengan
tindakan konyolnya itu, dia segera melepas tangannya lalu menggaruk-garuk
kepalanya yang tidak gatal. Rio mempersilahkan Sifa untuk jalan lebih dulu,
mereka berjalan kembali memasuki mall BCP, kenapa
gue jadi salting gini sih??? ujar Rio dalam hati.
Mereka tiba dilantai 3 mall itu.
Mereka memilih-milih film yang akan ditonton. Pilihan tersebut jatuh kepada
‘Kungfu Panda 3’. Rio menyuruh Sifa tunggu sebentar, biar dia yang membeli
tiketnya. Sembari menunggu film itu dimulai, mereka kembali kelantai dasar.
Mereka menuju sebuah restaurant, dan mereka memilih tempat duduk disudut
ruangan itu.
“Lo ngapain ke Indo?” tanya Sifa,
memulai pembicaraan. Rio yang sedang mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan,
menghentikan kegiatannya lalu menatap cewe manis didepannya itu.
“Nyokap-bokap ngajakin pindah
kesini. Katanya kangen sama Indonesia. Nah temen lama yang pertama kali nyokap
gue temuin tuh nyokap lo, fa”
“Oh. Jadi lo juga bakal sekolah
disini dong? Mau sekolah dimana? Hah? Masa sih? Nyokap lo so sweet deh, haha…”
Sifa tertawa, manis banget deh. Merekapun larut dalam percakapan itu dan
diselingi dengan tawa, membuat suasana restaurant itu semakin ramai.
Setengah jam telah berlalu,
merekapun segera menuju Blitz Megaplex yang terletak dilantai 3.
“Hmm..dingin” gumam Sifa ketika dia
sudah duduk ditempatnya. Tiba-tiba ada sesuatu yang mampir dibahunya. Pas
ditengoknya, ternyata itu jaket milik Rio. Saat ditatapnya cowo itu, dia
tersenyum. Lalu dia berkata.
“Udah pake aja. Sampe besok juga
engga apa-apa, hehe”
♀ ♥ ♂
Hari demi hari, mereka semakin
dekat. Orangtua merekapun semakin akrab. Bahkan sekarang Rio sudah sekolah di
Indonesia. Rio sekeluarga juga sudah menempati rumah diperumahan elit didaerah Jakarta
Pusat. Tante Dhela mengajak mamanya Sifa untuk reunian teman-teman SMP mereka
diluar kota. Dan Rio dititipkan dirumah Sifa, karena dia kalau ditinggal
sendirian dirumah pasti bakal kelayapan sampai engga inget pulang.
“Ngapain lo bawa tas gede gitu?”
tanya Sifa pada Rio saat ditemuinya Rio membawa tas yang lumayan gede.
“Mau nginep. Kan nyokap kita bakal
keluar kota selama 3 hari, jadi gue dititipin disini sama nyokap gue” jawab Rio
dengan tampang polos. Sifa terbelalak mendengar jawaban cowo itu.
“Heh? Lo kira rumah gue tempat
penitipan manusia rusuh macem lo apa?” tanya Sifa kesal. Yang ditanya malah
nyengir sambil asik makan keripik pedas yang ada dimeja ruang tamu. Sifa hanya
bisa ngelus dada melihat tingkah teman belum lamanya ini.
Malam harinya, dibalkon. Sifa yang
sedang duduk bersilang sambil mendengarkan lagu dengan volume yang gila-gilaan,
membuatnya tidak mendengar suara lain selain suara yang keluar dari earphonenya
itu. Dan Rio sudah berada dibalkon menemani Sifa selama 10 menit atau mungkin
lebih, yang ditemaninya malah engga nyadar-nyadar juga. Akhirnya terbesit akal
nakal Rio untuk mengisengi cewe manis ini. Dia berdiri dari tempatnya duduk
lalu meloncat kedepan Sifa sambil berteriak sangat kencang. Sifa tersentak
kaget melihat Rio sudah berjongkok didepannya sambil menopakkan dagunya. Rio
memandang lekat-lekat sosok cewe manis yang ada didepannya ini. Yang ditatap
malah keheranan sama sifat engga waras temen belum lamanya ini.
“Heh, ngapain sih lo ngagetin gue
aja. Merusak ketenangan tau engga?” tanya Sifa sambil memelototi Rio. Yang
dipelototin malah nyengir. Sarap dasar
ujar Sifa dalam hati.
“Elo tuh ya, ada tamu bukannya
ditemenin malah dicuekin. Gue kan bete tau” ujar Rio lalu memanyunkan bibirnya.
“Kan ada Ka’Tom, atau engga Ka’Rud,
apa engga kan ada Dikki. Kenapa mesti gue coba yang nemenin lo mulu? Hah?”
tanya Sifa sambil melepas earphonenya, lalu berdiri dari tempatnya duduk. Rio
mengikuti langkah Sifa.
“Berhubung gue masih normal, jadi
gue lebih milih ditemenin sama lo ketimbang ditemenin sama kakak atau adek cowo
lo itu” ujar Rio sambil menatap bintang. Sifa mengalihkan pandangannya dari
langit, jadi menatap Rio. Rio juga menatap Sifa.
“Heh? Apa tadi lo bilang? Ckckck…
cowo emang begini ya rata-rata” ujar Sifa sambil menggelengkan kepalanya. Rio
tidak memedulikan perkataan Sifa, dia menatap Sifa digelapnya langit malam. Rio
menggenggam tangan kiri Sifa lalu mengalihkan pandangannya kembali kelangit
yang penuh dengan tebaran bintang yang bersinar.
“Langitnya cantik ya? Dia bisa
cantik itu karena ada bintang yang menemani. Coba kalo bintangnya engga ada,
langit pasti bakal keliatan jelek. Kenapa? Karena dia kehilangan separuh
keindahannya. Kalo diperumpamain jadi manusia. Seorang cowo akan bahagia kalo
ada cewe disampingnya yang tulus sayang sama dia. Dan cowo tidak bersemangat
kalo cewe yang disayang engga ada disampingnya” ujar Rio panjang-lebar sambil
tersenyum.
“Langit memang cantik, apalagi kalo
bertebaran bintang disana-sini. Tapi engga selamanya mereka akan seperti itu.
Begitu juga sepasang kekasih. Dimana ada si cewe pasti ada si cowo. Dan itu
engga selamanya akan seperti itu, asalkan mereka menjalaninya dilandasi dengan
ketulusan pasti semuanya akan baik-baik aja” Sifa melanjutkan perkataan Rio.
“Cinta itu suci. Cinta itu kokoh
seperti bintang. Cinta itu menerima kekurangan orang. Langit dan bintang
ditakdirkan bersama. Cewe dan cowo ditakdirkan untuk saling melengkapi. Namun
semuanya engga akan berjalan dengan lancar tanpa dilandasi ketulusan dan
kejujuran. Karena Cinta juga bisa hancur menjadi partikel kecil!!!” Sifa dan
Rio berkata bersamaan, seperti ada feeling yang kuat diantara mereka berdua.
Mereka tersadar dengan ucapan mereka yang sama tadi. Mereka saling bertatapan
tepat dimanik mata. Rio memeluk Sifa. Sifa speechless,
tak lama kemudian dia membalas pelukan itu. Rio membisikkan sesuatu tepat
dikuping kanan Sifa.
“Jangan tinggalin gue ya” lalu Rio
tersenyum. Sifa yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya, entah mengapa
dia tersenyum. Langit yang indah, taburan bintang yang menghiasi langit sebagai
saksi 2 insan yang sedang berbahagia. Sifa melepas pelukan itu, sebelum pergi
dari hadapan Rio. Sifa menatap Rio sambil tersenyum lalu dia berlari menuju
kamarnya. Cantik banget sih tuh cewe,
makin naksir gue sama lo ujar Rio dalam hati.
♀ ♥ ♂
Tidak ada komentar:
Posting Komentar