Welcome to my blog =D

Di blog ini, aku naruh berbagai hasil karya aku bahkan sampai sedikit curhatan tentang keseharianku. Ku harap kalian suka membacanya ^^

Jumat, 28 Desember 2012

Harus Berubah (Cerbung), by : TSM



Part 1
            “Hahaha….. gila lo, win. Makasih ya, pa’deh” Sifa turun dari mobil jemputannya masih dengan tawanya, lalu dia mengucapkan terima kasih kepada supir jemputannya. -- Setiba disekolah ataupun dirumah, saat turun dari mobil anak-anak yang ikut jemputan mengucapkan terima kasih kepada sang sopir karena itu sudah menjadi kebiasaan turun-temurun dari kakak-kakak kelas terdahulu yang pernah ikut jemputan juga --.
            Sifa yang masih teringat akan bahan ketawa tadi, masih terkekeh geli mengingat itu. Dia baru tersadar akan sesuatu. Mobil siapa nih? Markir sembarangan aja, huh.. ujarnya kesal dalam hati. Lalu Sifa melangkahkan kakinya menuju rumahnya.
            “Assalamualaikum..” Sifa memberi salam kepada seisi rumah, sembari melepaskan sepatu dan kaos kaki yang melekat dikakinya sejak pagi.
            “Walaikumsalam” ujar seisi rumah sambil melemparkan senyuman kepada Sifa. Sifa tercengang melihat ada banyak orang diruang tamunya. Setelah tersadar, Sifa menyalimi orang-orang yang ada diruang tamu rumahnya satu per satu.
            “Ini anakmu ya? Aduh cantiknya. Sini duduk dekat tante” seorang perempuan paruh baya dengan wajah yang blasteran menepuk-nepuk sofa yang dia duduki, bertanda menyuruh Sifa duduk disebelahnya. Sifa hanya mengangguk lalu duduk disebelah perempuan paruh baya itu.
            “Nama kamu Sifa ya? Tadi kami lagi ngomongin kamu loh. Kata mama kamu sekarang kamu udah kelas 3 SMP ya? Sebentar lagi SMA dong. Mau masuk SMA mana?” ujar tante itu panjang lebar. Baru Sifa akan menjawab, tante itu sudah ngoceh lagi.
            “Ohiya sampe lupa. Nama tante Dhela, teman mama kamu sewaktu SMP” Sifa mengangguk. Dia tahu perempuan ini dari cerita mamanya.
            “Iya tante, nama aku Sifa. Mohon doanya ya tante biar aku bisa lulus dengan nilai yang memuaskan” ujar Sifa sambil tersenyum manis. Tante Dhela membalas senyum itu.
            “Kenalin ini anak tante. Namanya Satrio, panggil aja Rio. Rio kenalan dong sama Sifa” Sifa dan Rio berjabat tangan, Sifa tersenyum manis kepada Rio, cowo itu membalas senyumnya terlihat ada 2 lesung dikedua pipinya duh gantengnyaa… mama, aku suka.. ujar Sifa senang.
            “Sifa, kamu ganti baju dulu sana. Abis itu temenin Rio jalan-jalan” perintah mamanya.
            “Eh? Oh iya ma. Tante..Rio..Semuanya, aku permisi ke atas dulu ya” Sifa segera berlari menuju lantai 2 rumahnya, kamarnya terletak didekat balkon. Sifa menutup pintu kamarnya, lalu melemparkan tasnya dan melepaskan dasi, gesper, jam tangan. Setelah itu dia berganti pakaian, yang tadinya memakai seragam sekarang menjadi memakai celana levis berwarna abu-abu dan kaos putih yang bertuliskan 8 Destroyer family, serta dia juga memakai kalung yang ada gambar doraemonnya, tidak lupa juga dia memakai jam yang serasi dengan warna bajunya, yap putih. Sifa sudah merubah dirinya yang tadinya kusam berubah menjadi cerah. Sifa siap menemani Rio pergi.
            “Sifa makan dulu yuk. Abis itu baru nemenin Rio jalan-jalan” ujar mamanya seraya merangkul anak perempuan satu-satunya itu.
            “Makan..” ujar Sifa senang. Merekapun makan siang bersama, setelah itu Sifa menemani Rio jalan-jalan keliling daerah itu.
            “Lo mau gue temenin kemana?” tanya Sifa pada Rio seraya memakai seatbelt. Rio menoleh ke arah Sifa, ni cewe cantik juga ternyata ujarnya sambil tersenyum.
            “Hellouuu… gue nanya masnya. Lo mau gue temenin kemana?” tanya SIfa sekali lagi sambil mengibaskan tangan kanannya didepan wajah Rio. Rio tersentak.
            “Hem.. engga tau gue. Hah, gimana kalo ke BKT aja?” ujar Rio sambil tersenyum lebar.
            “Hah? BKT? Engga salah?” tanya Sifa kaget.
            “Menurut lo?” tanya Rio, lalu mulai menjalankan mobil itu.
            “Gue kasih tau nih ya. BKT itu pemandangannya parah banget. Itu tuh belum  sepenuhnya jadi. Banyak sampahnya, kotor deh pokoknya. Kok lo malah milih kesana sih?” tanya Sifa sedikit kesal.
            “Masa sih? Abis, gue kan baru pulang dari NY” ujar Rio.
            “Heh? Sumpeh lo? Ngapain lo disana?” tanya Sifa. Posisi duduknya sekarang, menghadap ke arah Rio.
            “Bajak sawah” jawab Rio asal. Sifa langsung cemberut dan kembali keposisinya semula, menghadap ke jalan raya. Rio terkekeh geli, lalu dia mengacak-ngacak rambut Sifa.
            “Bercanda. Gue sekolah disana dari SD. Sekarang tuh hari ketiga gue di Indonesia, nyokap gue ngajakin gue kerumah temen lamanya. Eh ternyata anaknya cantik banget, engga salah deh kalo gue ikut nyokap gue, hehe…”
            “Huh.. dasar. Eh by the way, lo kelas berapa?” tanya Sifa, mengalihkan pembicaraan.
            “Kelas satu SMA” jawab Rio, pandangan masih fokus ke jalan raya. Sifa tersadar sesuatu, ini bukan jalan menuju BKT.
            “Eh..eh.. lo tuh sebenernya mau kemana sih? Ini kan bukan jalan ke BKT” ujar Sifa heran.
            “Katanya BKT jelek. Yaudah mending kita nonton di BCP aja” jawab Rio santai.
            “Gue engga bilang BKT jelek, gue cuma bilang BKT kotor. Heh, lo udah tau daerah sini ya?” Rio mengangguk.
            “Untuk sementara, gue sama nyokap gue nginep dihotel horizon. Bokap gue masih sibuk sama kerjaannya di NY” Sifa hanya ber-oh ria. Setelah mobil terparkir, Rio dan Sifa keluar dari mobil. Tanpa diduga Rio menggandeng tangan Sifa. Sifa memandang tangannya yang sedang digenggam erat sama Rio seperti takut kehilangan cewe itu. Rio tersadar dengan tindakan konyolnya itu, dia segera melepas tangannya lalu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Rio mempersilahkan Sifa untuk jalan lebih dulu, mereka berjalan kembali memasuki mall BCP, kenapa gue jadi salting gini sih??? ujar Rio dalam hati.
            Mereka tiba dilantai 3 mall itu. Mereka memilih-milih film yang akan ditonton. Pilihan tersebut jatuh kepada ‘Kungfu Panda 3’. Rio menyuruh Sifa tunggu sebentar, biar dia yang membeli tiketnya. Sembari menunggu film itu dimulai, mereka kembali kelantai dasar. Mereka menuju sebuah restaurant, dan mereka memilih tempat duduk disudut ruangan itu.
            “Lo ngapain ke Indo?” tanya Sifa, memulai pembicaraan. Rio yang sedang mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan, menghentikan kegiatannya lalu menatap cewe manis didepannya itu.
            “Nyokap-bokap ngajakin pindah kesini. Katanya kangen sama Indonesia. Nah temen lama yang pertama kali nyokap gue temuin tuh nyokap lo, fa”
            “Oh. Jadi lo juga bakal sekolah disini dong? Mau sekolah dimana? Hah? Masa sih? Nyokap lo so sweet deh, haha…” Sifa tertawa, manis banget deh. Merekapun larut dalam percakapan itu dan diselingi dengan tawa, membuat suasana restaurant itu semakin ramai.
            Setengah jam telah berlalu, merekapun segera menuju Blitz Megaplex yang terletak dilantai 3.
            “Hmm..dingin” gumam Sifa ketika dia sudah duduk ditempatnya. Tiba-tiba ada sesuatu yang mampir dibahunya. Pas ditengoknya, ternyata itu jaket milik Rio. Saat ditatapnya cowo itu, dia tersenyum. Lalu dia berkata.
            “Udah pake aja. Sampe besok juga engga apa-apa, hehe”
            Hari demi hari, mereka semakin dekat. Orangtua merekapun semakin akrab. Bahkan sekarang Rio sudah sekolah di Indonesia. Rio sekeluarga juga sudah menempati rumah diperumahan elit didaerah Jakarta Pusat. Tante Dhela mengajak mamanya Sifa untuk reunian teman-teman SMP mereka diluar kota. Dan Rio dititipkan dirumah Sifa, karena dia kalau ditinggal sendirian dirumah pasti bakal kelayapan sampai engga inget pulang.
            “Ngapain lo bawa tas gede gitu?” tanya Sifa pada Rio saat ditemuinya Rio membawa tas yang lumayan gede.
            “Mau nginep. Kan nyokap kita bakal keluar kota selama 3 hari, jadi gue dititipin disini sama nyokap gue” jawab Rio dengan tampang polos. Sifa terbelalak mendengar jawaban cowo itu.
            “Heh? Lo kira rumah gue tempat penitipan manusia rusuh macem lo apa?” tanya Sifa kesal. Yang ditanya malah nyengir sambil asik makan keripik pedas yang ada dimeja ruang tamu. Sifa hanya bisa ngelus dada melihat tingkah teman belum lamanya ini.
            Malam harinya, dibalkon. Sifa yang sedang duduk bersilang sambil mendengarkan lagu dengan volume yang gila-gilaan, membuatnya tidak mendengar suara lain selain suara yang keluar dari earphonenya itu. Dan Rio sudah berada dibalkon menemani Sifa selama 10 menit atau mungkin lebih, yang ditemaninya malah engga nyadar-nyadar juga. Akhirnya terbesit akal nakal Rio untuk mengisengi cewe manis ini. Dia berdiri dari tempatnya duduk lalu meloncat kedepan Sifa sambil berteriak sangat kencang. Sifa tersentak kaget melihat Rio sudah berjongkok didepannya sambil menopakkan dagunya. Rio memandang lekat-lekat sosok cewe manis yang ada didepannya ini. Yang ditatap malah keheranan sama sifat engga waras temen belum lamanya ini.
            “Heh, ngapain sih lo ngagetin gue aja. Merusak ketenangan tau engga?” tanya Sifa sambil memelototi Rio. Yang dipelototin malah nyengir. Sarap dasar ujar Sifa dalam hati.
            “Elo tuh ya, ada tamu bukannya ditemenin malah dicuekin. Gue kan bete tau” ujar Rio lalu memanyunkan bibirnya.
            “Kan ada Ka’Tom, atau engga Ka’Rud, apa engga kan ada Dikki. Kenapa mesti gue coba yang nemenin lo mulu? Hah?” tanya Sifa sambil melepas earphonenya, lalu berdiri dari tempatnya duduk. Rio mengikuti langkah Sifa.
            “Berhubung gue masih normal, jadi gue lebih milih ditemenin sama lo ketimbang ditemenin sama kakak atau adek cowo lo itu” ujar Rio sambil menatap bintang. Sifa mengalihkan pandangannya dari langit, jadi menatap Rio. Rio juga menatap Sifa.
            “Heh? Apa tadi lo bilang? Ckckck… cowo emang begini ya rata-rata” ujar Sifa sambil menggelengkan kepalanya. Rio tidak memedulikan perkataan Sifa, dia menatap Sifa digelapnya langit malam. Rio menggenggam tangan kiri Sifa lalu mengalihkan pandangannya kembali kelangit yang penuh dengan tebaran bintang yang bersinar.
            “Langitnya cantik ya? Dia bisa cantik itu karena ada bintang yang menemani. Coba kalo bintangnya engga ada, langit pasti bakal keliatan jelek. Kenapa? Karena dia kehilangan separuh keindahannya. Kalo diperumpamain jadi manusia. Seorang cowo akan bahagia kalo ada cewe disampingnya yang tulus sayang sama dia. Dan cowo tidak bersemangat kalo cewe yang disayang engga ada disampingnya” ujar Rio panjang-lebar sambil tersenyum.
            “Langit memang cantik, apalagi kalo bertebaran bintang disana-sini. Tapi engga selamanya mereka akan seperti itu. Begitu juga sepasang kekasih. Dimana ada si cewe pasti ada si cowo. Dan itu engga selamanya akan seperti itu, asalkan mereka menjalaninya dilandasi dengan ketulusan pasti semuanya akan baik-baik aja” Sifa melanjutkan perkataan Rio.
            “Cinta itu suci. Cinta itu kokoh seperti bintang. Cinta itu menerima kekurangan orang. Langit dan bintang ditakdirkan bersama. Cewe dan cowo ditakdirkan untuk saling melengkapi. Namun semuanya engga akan berjalan dengan lancar tanpa dilandasi ketulusan dan kejujuran. Karena Cinta juga bisa hancur menjadi partikel kecil!!!” Sifa dan Rio berkata bersamaan, seperti ada feeling yang kuat diantara mereka berdua. Mereka tersadar dengan ucapan mereka yang sama tadi. Mereka saling bertatapan tepat dimanik mata. Rio memeluk Sifa. Sifa speechless, tak lama kemudian dia membalas pelukan itu. Rio membisikkan sesuatu tepat dikuping kanan Sifa.
            “Jangan tinggalin gue ya” lalu Rio tersenyum. Sifa yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya, entah mengapa dia tersenyum. Langit yang indah, taburan bintang yang menghiasi langit sebagai saksi 2 insan yang sedang berbahagia. Sifa melepas pelukan itu, sebelum pergi dari hadapan Rio. Sifa menatap Rio sambil tersenyum lalu dia berlari menuju kamarnya. Cantik banget sih tuh cewe, makin naksir gue sama lo ujar Rio dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar